membiru

Dievairy
1 min readApr 12, 2024

--

Besok sudah sepekan lebih kamu mengalpakan eksistensiku sebagai pelipur hatimu, sayang.

Bajingan. Aku mengucap sumpah serapah setiap kali mengingatmu. Kamu ada dimana-mana, di bawah dipan tua milik nenek, di tumpukan cuci piring, di hujan deras siang hari, dan ada diantara deburan ombak yang tak sempat kuhitung saking banyaknya. Kata-kata sumbang di kepalaku kian sesak sebab kamu merajalela, kamu kini ada di toko kelontong langgananku, di perempatan jalan Sulawesi, di kerak kotoran cermin kamar mandi, dan sekarang kamu berakhir diatas guratanku.

Lantas?

Sudahlah, tak apa, sayang. Aku bahkan ragu kalau kamu sebenarnya tidak mampu dan tidak bisa melakukan standar kewajaran manusia pada umumnya atau kamu sejatinya sudah melakukan upaya untuk menjadi tidak berguna untukku.

Jemariku ini padahal sudah siap menorehkan keindahan tentangmu sebagai ganjaran atas kelahiranmu diatas kertasku yang hanya berujung kuurungkan niat baik itu. Sebentar lagi kau dirayakan, bukan?

Malam ini sepertinya kamu masih memilih untuk menghantuiku. Namun, aku juga ingin skenario kita berdua ada di tengah hutan, aku mengejarmu memberangsang dengan kapak dan lipas, kau berlari dariku dengan kalut dan tangan kosong. Selamat istirahat, sayang.

--

--

Dievairy

i let myself methaporically naked through the words.